![]() |
Sumber foto: https://www.facebook.com/photo.php?fbid=10154831367042278&set=a.10151807947622278.1073741832.663797277&type=3&theater |
Pemikiran dan tindakan jika
hal-hal tersebut bisa dijalankan amatlah menarik dan pastinya akan bermanfaat
banyak bagi umat. Kita sudah tahu sama tahu sekarang semua serba kapitalistik
dalam wujud dan atas nama syariah, semua untuk rakyat, dan banyak jargon
lainnya. Pertanyaanya sekarang adalah, apakah semua hal positif di atas bisa
dan akan sukses dijalankan? Kita pun harus maklum bersama amat sulit bagi
rakyat untuk 'menguasai' ekonomi sejak dahulu dan kini. Kemudian, bila pun
dapat terjadi, apakah nanti tidak melahirkan sebuah sistem penguasaan
kapitalistik 'gaya baru' atas nama rakyat yang bisa jadi dipegang hanya oleh beberapa
gelintir orang saja di tingkat atasnya? Memilki impian dan harapan itu baik
akan tetapi lebih baik jika kita juga harus ingat akan apa-apa yang bisa kita
kerjakan sekarang. Apabila kita masih memiliki gaya hidup hedonis dan
kapitalistik pula apa iya kita bisa sepenuhnya memahami apa yang terbaik bagi
umat? Hemat saya selama masih ada hasrat keinginan untuk menguasai apapun juga
maka akan sulit untuk melepaskan diri dari segala sesuatu yang bersifat
kapitalistik tadi. Mungkin tidak bernama langsung kapitalistik akan tetapi
wujud dan upaya bisa jadi sama. Lihatlah sejarah dunia, mulai dari sosialis
sampai dengan demokrasi. Pada ujungnya sampai sekarang pun tetap kapitalistik
yang berkuasa. Perlu kemauan super kuat bukan untuk menguasai namun berbagi dan
saling mengayomi. Mudah-mudahan ini bisa terjadi. Entah suatu saat kapan nanti.
---
Follow · 8 January ·
Saat para aktivis Islam moderat
masih gemar kongkow-kongkow di kafe-kafe; saat para aktivis Islam liberal masih
sibuk berdiskusi di hotel-hotel mewah dan ruangan ber-AC; saat para aktivis
kiri-liberal sibuk berdebat teori dan memilih kawan dan lawan... para aktivis
"alumni" 212 ini menggebrak dengan agenda progresif: membuat koperasi
umat, dengan cita-cita (konon dalam selebaran mereka) "membuat pasar umat
untuk menumbangkan pasar yang dibangun kapitalis" dan mewujudkan
"masyarakat Muslim mandiri dan sejahtera".
Kali ini, penulis ingin
mengapresiasi mereka. Ini baru langkah politik, setelah aksi 212
"mlungkret" dalam persuasi rezim dan aparat.
Langkah ekonomi-politik,
tepatnya, karena akan memberi warna baru bagi pasar usaha umat yang dibelenggu
oleh bisnis kartel korporasi besar (Alfamart, Indomaret, dst.).
Mereka menyebutnya "koperasi
syariah", bukan "bank syariah" yang kapitalistik. Ini pergeseran
menarik. Dengan 5% saham milik PT Dua Satu Dua, 95% milik umat/masyarakat luas.
Iuran pokok 212 ribu rupiah, dengan maksimal modal per orang 15 juta. Total
modal awal konon 21 milyar 200 juta, untuk merintis sekian minimarket dan lini
usaha.
Apa yang lebih progresif daripada
merebut pasar kapitalis dan men-demokratiskan modal kepada umat/rakyat?
Kali ini, daripada masih berkutat
pada prasangka satu sama lain, seruan Al-Qur'an agar umat/rakyat berlomba-lomba
dalam kebaikan ("fastabiqul khairat") layak disambut dengan tindakan
konkret. Tak terbayang bila pom-pom bensin dimiliki kolektif oleh umat. Atau
dealer2 sepeda motor. Kenaikan harga BBM kelak tak akan jadi masalah, malah
berkah, jika sektor-sektor ini mampu dikuasai kolektif oleh umat/rakyat.
No comments:
Post a Comment